Beri Warna Sejati Bagi Sang Saka Merah Putih

Karya Nevada Indriawati / X IPS 1

 

                Republik Indonesia terbentang kehidupan dari sabang sampai merauke. Beribu-ribu pulau yang tersebar namun bersatu, menghiasi layaknya kelopak bunga mawar bermekaran dalam satu tangkai yang kuat dengan duri sebagai perisai tanda ketanguhan dan kejayaan bangsa. Jangan hiraukan usikan penjajah,tetap bersatu dan lawan tanpa gemetar dalam jiwa, selalu cermati dan patuhi kehendak Tuhan Yang Maha Esa adalah kunci pertahanan.

               Nusantara adalah negara berkembang yang akan selalu berkembang hingga menemukan kemajuan yang sesungguhnya. Segala limpahan anugrah dari Sang Maha Kuasa yang meracik negeri ini menjadi alam yang sempurna. Bentangan pegunungan,hutan ,lautan dan angkasa menjadi kekayaan yang nyata dan tersyukuri. Segala jenis kehidupan pernah terjadi dan menanam sejarah yang sangat besar akan tanah kaya ini.

               Bangsa Indonesia, bangsa tak terpecahkan “BHINNEKA TUNGGAL IKA” berbeda-beda tetapi tetap satu,walau beragam perbedaan didalamnya, bahkan menjadi pemersatu sejak para terdahulu masih hidup dalam ketidakpastian ditangan penjajah. Bukan rahasia tetapi memang ini fakta, tuntunan jalan dari Tuhan untuk kekuatan yang tidak terelakkan dengan kuatnya jemari yang mengakar untuk menopang derasnya dentuman dan butiran darah pejuang waktu itu.

               Tertulis berjuta kisah abadi yang terukir sejak darah anak manusia dengan jati diri Indonesia lahir mengupas kisah pertama dengan awal kehidupan yang berpangku pada kesederhaan dan tradisi yang kental. Berdiri kerajaan dengan kuasa raja belum bisa ciptakan kesatuan. Terjatuh butiran darah hasil perselisihan kerajaan yang beropini berbeda untuk menguasai tanah air.

               Masa yang terus berlalu belum memberi kecerahan bagi Indonesia. Pribumi yang tanguh tanpa bekal dipundak bekerja keras dan bersatu untuk kemajuan bangsa. Segala komponen masih memaksimalkan kekayaan alam yang luas dan terjaga. Hidup atau mati adalah rahasia Tuhan, selama kita masih percaya dan berusaha pasti tidak ada yang mustahil.

              Tekad yang terus membara, tidak mudah dipadamkan. Membuat tiada celah tersisa bagi para perusak dan penghianat yang berdalang dibalik topeng polos tanpa kenal akhlak dan pikiran baik setelah berkuasa. Tetapi yang sebenarnya terjadi adalah manusia asing datang untuk menguji Indonesia dengan berkendara kapal yang menerjang dan mengores lautan, berlagak seperti pengagum yang menjanjikan kekayaan dari mulut seorang pecundang.

              Mereka datang untuk berbagi ilmu dan ajaran agama, dengan tujuan utama berdagang dan mencari rempah-rempah nusantara yang telah lama dikagumi. Segala cara dilakukan untuk mencapai tujuan utama. Jauh dari dugaan, dibalik semua itu pikiran mereka telah tergerak karna penglihatan yang senyatanya akan memperkaya  diri sekaligus menjatuhkan kita.

              Sejak saat itulah Indonesia sedikit demi sedikit terperangkap. Bukan waktu yang singkat tanah air terinjak dan tercabuk sebagai pelayan yang terus dihabisi tanpa kenal belas kasihan. Nurani mereka sudah tidak terkendali, sangat kejam dan memprihatinkan. Tidak sebodoh itu, pribumi segera sadar dari bius penjajah. Segala lapisan rakyat hingga pemimpin turun tangan melawan dan memusnahkan mereka para parasit untuk segera meninggalkan Indonesia.

             Tak henti-hentinya nusantara terbasuh oleh darah para pahlawan bangsa yang berjuang tanpa pamrih. Sabang sampai merauke adalah harta dan kesatuan bangsa Indonesia yang harus tetap utuh, jiwa pribumi tidak akan melemah oleh karna goresan dan tembakan serdadu mereka. Dengan semangat tinggi sangatlah mudah menyingkirkan mereka.

             Indonesia adalah bangsa yang hebat dan berdaulat, hingga puluhan taun lamanya, pribumi rindu dengan Indonesia yang aman dan sejahtera. Kerinduan itu segera terhapuskan setelah Tuhan mendengar dan melihat bahwa Indonesia bukanlah bangsa yang lemah dan pantang menyerah. Semua itu bukanlah sebuah kado para penjajah, seluruh mahluk hidup telah menjadi saksi kebenaran yang sesungguhnya. “MERDEKA!” seruan itu adalah bukti nyata kuasa Tuhan dan bayaran atas apa yang sudah diperjuangkan mati-matian.

              Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia tepat di hari Jumat, 17 Agustus 1945 pukul 10.00,bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik.. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

            Hingga saat ini 17 Agustus adalah hari sejarah terbesar di Indonesia yang tidak bisa diragukan lagi. Di tahun 2016  saat ini Indonesia telah berumur 71 tahun, sudah cukup tua dalam tingkatan manusia. Lalu jika Indonesia diumpamakan sebagai seorang manusia, apakah yang akan kita perbuat?

          Seperti layaknya manusia yang sudah tua, tidak mudah untuk menjalani hidup seperti ketika masih muda. Sadarlah bahwa hingga diumur ke 71 tahun ini tanah air tercinta belum sukses. Indonesia masih terombang-ambing dalam persaingan dunia.

            Maka dari itu ayo, bangkit! Tunjukan bahwa Indonesia adalah negara yang benar-benar sudah Merdeka. Terus semangat! Junjung nilai Pancasila sebagai pijakan kita untuk melangkah. Sang Saka Merah Putih butuh warna nyata, warna merah darah yang berani dan gemilang serta warna putih tulang yang kuat dan suci untuk hidup, jangan sia-siakan waktumu, buktikan bahwa perjuangan para pahlawan yang luar biasa akan kita teruskan bersama! Jangan cepat puas dengan apa yang sudah kita raih bersama, tetap syukuri dan terus bekerja keras. Ayo Kerja Nyata!