“
“Kita adalah manusia-manusia microplastik yang lebih suka mimik air kemasan daripada bawa mimik dari rumah pakai botolnya mama”, ungkap Bu Dwi di depan siswa-siswi saat sedang istirahat. Angka pembelian minuman kemasan botol di kantin dan kopsis SMAN 1 Prambanan memang cukup tinggi. Anak-anak cenderung akan membeli minuman kemasan botol, terutama air mineral, untuk mencukupi kebutuhan cairannya. Memang ada sebagian besar siswa yang membawa minuman dari rumah, namun dengan alasan air minum yang mereka bawa dari rumah tidak cukup menghapus dahaganya sampai sore, maka mereka membeli minuman kemasan.
Beberapa tahun terakhir muncul penelitian yang menunjukkan bahwa dalam air minum kemasan terdapat kandungan microplastik. Apa itu microplastik? Menurut Prabang Setyono, ahli lingkungan hidup UNS, sebagaimana dikutip dari kompas.com menjelaskan bahwa microplastik adalah plastik dengan ukuran mikrokopis. Apabila terakulumulasi dalam jumlah tertentu, microplastik berpotensi mengganggu metabolisme tubuh manusia. Jumlah microplastik yang mencermari lingkungan, baik tanah maupun lautan, sudah cukup tinggi. Di dalam air, microplastik terlihat seperti plankton sehingga ikan-ikan dan binatang laut lain akan memakannya.
Selain masalah microplastik, air minum kemasan juga menimbulkan persoalan lain, yaitu keberadaan botol bekas kemasan. Botol bekas kemasan air minum tersebut sebagian besar terdapat simbol PETE (segitiga dengan kode 1 ditengahnya), yang berarti hanya bisa digunakan sekali sebab jika diisi ulang kembali akan berbahaya. Botol ini bisa memunculkan racus DEHA yang menyebabkan gangguan hati, hormonal, dan bisa memicu kaker. Jika botol tersebut tidak bisa digunakan kembali, sedangkan angka konsumsi minuman botol cukup tinggi, bagaimana kita mengatasi masalah sampah-sampah botol tersebut?
Beberapa tahun yang lalu, dikelas-kelas SMAN 1 Prambanan terdapat gerakan mengumpulkan botol kemasan bekas minuman. Botol-botol tersebut ditata di jendela-jendela, setelah terkumpul cukup banyak, botol tersebut akan dijual dan uangnya masuk ke kas kelas. Namun gerakan itu tidak lagi terlihat dua tahun ini. Lalu kemana botol-botol itu menghilang?
Botol-botol bekas sisa kemasan minuman itu tidak lagi berjajar di jendela-jendela kelas. Siswa juga tidak lagi menjual botol-botol itu untuk menambah pundi-pundi kas kelas. Botol-botol bekas tersebut disulap menjadi bermacam barang yang menarik dan bisa digunakan kembali. Beberapa botol bekas dicat dan dibentuk menjadi pot-pot yang digunakan untuk menghias taman di lingkungan kelas. Ada juga yang disulap menjadi vas bunga dan tempat pensil. Bahkan saat acara HUT SMAN 1 Prambanan ke-33, 21 November 2018, panitia menggunakan botol bekas untuk dekorasi lapangan.
Kreativitas siswa-siswi SMAN1 Prambanan ternyata mampu mengurasi jumlah sampah botol bekas minuman. Bahkan botol-botol tersebut menjadi lebih menanfaat dan indah dipandang mata. Ini adalah tidakan untuk mencintai lingkungan dan menyelamatkan bumi. Dari hal terkecil yang ada dilingkungan kita, dari yang tidak berguna menjadi berguna, dari yang dibuang menjadi dicintai dan diinginkan banyak orang.
Setelah munculnya gerakan mendaur ulang botol plastik ini berjalan, siswa-siswi SMAN 1 Prambanan saat ini sedang menjalankan gerakan mengurangi konsumsi minuman botol. Kenapa ini dilakukan? Sebab mendaur ulang sampah namun kita terus menghasilkan sampah tersebut maka kegiatan itu tidak akan efisien. Oleh sebab itu, kita harus mengurangi jumlah konsumsi air minum kemasan. Demi lingkungan dan juga diri kita.